BATUBARA FORMASI TANJUNG SEBAGAI BATUAN SUMBER HIDROKARBON DI CEKUNGAN BARITO

Authors

  • Rachmat Heryanto Sutjipto Pusat Survei geologi

DOI:

https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v15i3.51

Abstract

Cekungan Barito yang terletak di bagian tenggara Kalimantan merupakan salah satu daerah penghasil migas di Indonesia. Cekungan Barito dialasi oleh batuan Pra-Tersier berupa batuan malihan, beku, gunung api, dan sedimen. Cekungan ini diisi oleh batuan sedimen Formasi Tanjung, Berai, dan Warukin berumur Eosen sampai Miosen, yang kemudian secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Dahor berumur Plio-Plistosen. Daerah ini sangat kaya akan lapisan batubara yaitu yang dijumpai dalam Formasi Tanjung dan Warukin. Lapisan batubara Formasi Tanjung di daerah ini dijumpai dengan ketebalan 50 sampai 150 cm. Secara megaskopis, lapisan batubara ini berwarna hitam, mengkilap (bright-bright banded), gores warna hitam, pecahan konkoidal, dan ringan. Batubara Formasi Tanjung merupakan salah satu batuan sumber migas di Cekungan Barito. Hasil analisis petrologi organik menunjukan bahwa sebagian besar percontoh batubara tersusun oleh maseral vitrinit, dengan sedikit eksinit dan inertinit. Komposisi batubara Formasi Tanjung seperti ini termasuk batubara tipe humic. Sedangkan pada percontoh batubara 07AM44B tersusun oleh eksinit (74,0%), vitrinit (16,6%), dan inertinit (0,4%) yang menunjukkan bahwa percontoh ini termasuk batubara tipe sapropelic. Batubara tipe humic akan menjadi batuan sumber gas, sedangkan tipe sapropelic dapat berkontribusi sebagai batuan sumber hidrokarbon dari Formasi Tanjung.

Kata kunci : batubara, maseral, Formasi Tanjung, Cekungan Barito

Downloads

Download data is not yet available.

References

American Society for Testing and Materials (ASTM), 1981.Annual Book of ASTM standard; (Part 26).American Society for Testing and Materials, Philadelphia, Pennsylvania.

Bustin, R.M., Cameron, A.R., Grieve, D.A., dan Kalkreuth, W.D., 1983. Coal Petrology : Its Principle, Methods, and Applications. , Geological Association of Canada, Short Course Notes Volume 3, Victoria, British Columbia, 273 p.

Diessel, C.F.K., 1982. An appraisal of coal facies based on maceral characteristics. Australian Coal Geology, vol.4, no.2: 474-484.

Diessel, C.F.K., 1986. On the correlation between coal fasies and depositional environment.Proceedings 20th Symposium of Department Geology, University of New Castle, New South Wales: 19-22.

Hartono, U., Sukamto, R., Surono, dan Panggabean, H., 2000. Evolusi Magmatik Kalimantan Selatan. Publikasi Khusus No 23, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Heryanto, R., 1999a. Petrografi Batupasir Formasi Manunggul di daerah Alimukim, Kalimantan Selatan., Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral,. IX (93): 16-26.

Heryanto, R., 1999b. Diagenesa Batupasir Formasi Manunggul di Daerah Alimukim, Kalimantan Selatan., Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, IX (98):16-26.

Heryanto, R., 2000a.PengendapanbatuansedimenKelompokPitap di bagianselataPegununganMeratus.JurnalGeologidanSumberdaya Mineral, X (109): 2-19.

Heryanto, R., 2000b.TataanStratigrafi, Dalam : Hartono, U., Sukamto, R., Surono and Panggabean, H. (Eds), EvolusiMagmatik, di Kalimantan Selatan., PublikasiKhusus, No 23, PusatPenelitiandanPengembanganGeologi.

Heryanto, R., 2007. LaporanPenelitian Proses SedimentasidanTektonikaCekunganTersier Barito Bagian Tengah, Kalimantan Selatan.Laporan Internal, PusatSurveiGeologi

Heryanto, R., 2008. Paleogeografi Cekungan Tersier Barito, Kalimantan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI 37, Buku 1: 238-257.

Heryanto, R. dan Sanyoto, P., 1994. Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan Selatan, sekala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Heryanto, R., Sutrisno, Sukardi, dan Agustianto, D., 1998. Peta Geologi Lembar Belimbing, Kalimantan Selatan Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Heryanto, R. dan Panggabean, H., 2001. The Deposition of the Pitap Group, in the Meratus Mountains, Southeast Kalimantan. FOSI 2nd RegionalSeminar, Jakarta – Indonesia.

Heryanto, R., dan Hartono, U., 2003.Stratigraphy the Meratus Mountains, South Kalimantan.JurnalGeologidanSumberdaya Mineral, XIII(133):2-24.

Heryanto, R., Sanyoto, P., dan Panggabean, H., 2003. Depositional Setting of the Sedimentary Rocks of Pitap Group, in the northern Meratus High (Amandit, Alimukim and paramasan Areas), Southeast Kalimantan.JurnalGeologidanSumberdaya Mineral, XIII (141): 2-21.

Heryanto, R. dan Panggabean, H., 2004. Fasies, SedimentologiFormasiTanjung di BagianBarat, Tengah dan TimurTinggianMeratus, Kalimantan Selatan. JurnalSumberDayaGeologi, XIV (3): 78-93.

International Committee for Coal Petrology. 1963. International Handbook of Coal Petrology – 2ndedition; Centre National de la Recherce Scientifique, Paris, France.

Kantsler, A.J., Cook, A.C., dan Smith, G.C., 1978. Rank variation, calculated paleotemperatures in understanding oil, gas occurrence. Oil and Gas Journ.,Nov. 20: 196-205.

Koolhoven, W.C.B., 1933. Het primairediamant - vookomen in Zuider - Borneo (Voorloopigemedeeling).De Mijiningenieur, XIV: 138 - 144.

Koolhoven, W.C.B., 1935. Het primaire voorkomen van den Zuid Borneo diamant : Minjw Genootsch, Kolonien Nederland Geologische Verhandelingen, Geologie Serie, 11: 189-232.

Krol, L.H., 1920. Over de geologie van een gedeelte van de Zuideren Oosterafdeeling van Borneo. Jaarboek van het Mijnwezen, Nederlandsch Oost-Indie, verhandelingen, 47, 1918 deel.

Krol, L.H., 1925. Eenige cijfers uit de 3 etages van het Eocen en uit het jong Tersier van Martapoera. Geologische Mijnbouw Genootschap Verhandelingen, Geologische Serie 8: 342-366.

Kusumah, K.D., 2008. Pengaruh tektonik terhadap pola deformasi batuan berumur Kapur Akhir dan Tersier (Eosen-Miosen) di daerah Belimbing Kalimantan Selatan. Tesis S-2, Fakultas Geologi, Universitas Padjadjaran Bandung, tidak dipublikasikan.

Lamberson, M.N., Bustin, R.M., dan Kalkreuth, W.D., 1991. Lithotype (maceral) composition and variation as correlated with paleo-wetland environment, Gates Formation, northeastern British Columbia, Canada. International Journal of Coal Geology, 18: 67-124.

Marks, P., 1956.Stratigraphic Lexicon of Indonesia.PublikasiKeilmuan No. 31, DjawatanGeologi, Bandung, 233 h.

Satyana, A.H., Eka, M.P., &Imron, M., 2001. Eocene coals of the Barito Basin, Southeast Kalimantan :Sequenstatrigraphic framework and potential of source of oil. BeritaSedimentologiNo 17 III/ 2001.

Panggabean, H., 1990. Tertiary Source Rock, Coal and Reservoir Potential in the Asem-asem and Barito.

Sihombing, T., Polhaupessy, A.A., Sudijono, Maryanto, S., Suyoko, Purnamaningsih, danKawoco, P., 2000.PengkajianGeologiPaleogen Daerah Kalimantan Selatan :Denganacuankhususpalinologibatubara. Laporan Kegiatan Teknis, Daftar Isian Kegiatan Suplemen (DIKS), Tahun Anggaran 2000.

Sikumbang, N. dan Heryanto, R., 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan Selatan sekala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Stopes, M.C., 1919. On the four visible ingradients in banded bituminous coal. Proceedings of the Royal Society, B,. 90: 470-480.

Suminto, Sudijono, Hasibuan, F., Polhaupessy, A.A., Purnamaningsih, danLimbong, A., 2002.Palinologi Batubara FormasiTajungdi Cekungan Barito, Kalimantan Selatan.Laporan Kegiatan Teknis, Daftar Isian Kegiatan Suplemen (DIKS), Tahun Anggaran 2002.

Tasch, K. H., 1960. Die Moglichkeiten der Flozgleichstellung unter Zuhilfenahme von Flozbildungdiagrammen. Bergbau-Rundschau, 12: 153-157.

Teichmuller, M., 1982. Origin of the petrographic constituents of coal; In Stach, E., Mackowsky, M. Th., Teichmuller, M., Taylor, G. H., Chandra, D., dan Teichmuller, R. (Eds), Coal Petrology 3rd Edition, Gebruder Borntraeger, Berlin-Stuttgart: 5-86.

Van Bemmelen, R.W, 1949. The Geology of Indonesia, IA.The Hague, Netherlands, Govt. Printing Office, 732 p.

Downloads

Published

2017-01-25