Karakteristik dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Tanjung di Daerah Batulicin, Kalimantan Selatan
DOI:
https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v21i3.538Abstract
Hasil analisis petrografi organik batubara Formasi Tanjung di daerah Batulicin menunjukkan bahwa vitrinit lebih berkembang dalam percontoh batubara di bagian timur daerah penelitian (65,2-80,0%) daripada di bagian barat (50,6-54,6%). Kandungan maseral eksinit pada percontoh batubara di bagian barat (14,4-38,2%) relatif lebih besar daripada kandungan eksinit di bagian timur daerah penelitian (6,4-17,6%). Kandungan maseral inertinit pada percontoh batubara di bagian barat (6,6-22,2%) relatif lebih besar daripada kandungan inertinit di bagian timur (0,6-5,4%). Nilai reflektansi vitrinit rata-rata (Rv) di bagian timur (0,50-0,53%) lebih besar daripada bagian barat (0,48-0,49%), disebabkan oleh adanya terobosan batuan diorit dan telah mengalami pensesaran. Peringkat seluruh batubara tersebut adalah subbituminus B, berdasarkan klasifikasi ASTM. Lingkungan pengendapan percontoh batubara dari bagian barat dengan nilai TPI (0,19-0,68) dan GI (2,37-8.27), terendapkan dalam lingkungan limnic sampai dengan limno-telmatic atau dataran delta bawah, sedangkan percontoh batubara dari bagian timur dengan nilai TPI (0,38-5,03) dan GI (13,6-133,3) terendapkan pada lingkungan limno-telmatic sampai telmatic atau dalam lingkungan dataran delta bawah hingga atas. Kesemuanya dalam kondisi genang laut.
Katakunci : batubara, maseral, Formasi Tanjung, Cekungan Asam-asam.
Downloads
References
American Society for Testing and Materials (ASTM), 1981. Annual Book of ASTM standard; (Part 26). American Society for Testing and Materials, Philadelphia, Pennsylvania.
Daulay. B., Santoso, B., and Ningrum, N.S., 2015. Evalution of Selected High Rank Coal in Kutai Basin, East Kalimantan Relating to Its Coking Properties. . Indonesian Mining Journal, 18(1): 1-10.
Diessel, C.F.K., 1982. An Appraisal of Coal Facies Based on Maceral Characteristics. Australian Coal Geology, 4 (2): 474-484.
Diessel, C.F.K., 1986. On the Correlation between Coal Fasies and Depositional Environment. Proceedings 20th Symposium of Department Geology, University of New Castle, New South Wales, h.19-22.
Hartono, U., Sukamto, R., Surono, dan Panggabean, H., 2000. Evolusi Magmatik Kalimantan Selatan. Publikasi Khusus No 23, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Heryanto, R., 2008. Laporan Penelitian Proses Sedimentasi dan Tektonika Cekungan Tersier Asam-asam, Kalimantan Selatan. Laporan Internal, Pusat Survei Geologi.
Heryanto, R., 2009. Karakteristik dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Tanjung di Daerah Binuang dan Sekitarnya, Kalimantan Selatan. Jurnal Geologi Indonesia, 4( ): 239-252.
Heryanto, R., 2010. Geologi Cekungan Barito, Kalimantan. Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 139 h.
Heryanto, R., 2011. Laporan Kegiatan Deswork Atlas Cekungan Barito, Kalimantan, Pusat Survei Geologi Bandung (Tidak Terbit)
Heryanto, R., 2014. Batubara Formasi Tanjung Sebagai Batuan Sumber Hidrokarbon di Cekungan Barito. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 15(3): 105-115.
Heryanto, R. dan Hartono, U., 2003. Stratigraphy the Meratus Mountains, South Kalimantan. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 13l: 2-24.
Kusumah, K.D., 2008. Pengaruh tektonik terhadap pola deformasi batuan berumur Kapur Akhir dan Tersier (Eosen-Miosen) di daerah Belimbing Kalimantan Selatan. Tesis S-2, Fakultas Geologi, Universitas Padjadjaran Bandung, tidak dipublikasikan.
Lamberson, M.N., Bustin, R.M., dan Kalkreuth, W.D., 1991. Lithotype (Maceral) Composition and Variation as Correlated with Paleo-Wetland Environment, Gates Formation, Northeastern British Columbia, Canada. International Journal of Coal Geology, 18: 67-124.
Novita, D., 2016. Karakteristik dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Warukin di Desa Kalumpang, Binuang, Kalimantan Selatan. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 17(3): 139-152.
Panggabean, H. dan Heryanto R., 2014. Karakteristik Mikroskopis dan Fasies Batubara di Daerah Kualakurun dan Sekitarnya, Kalimantan Tengah. Majalah Geologi Indonesia, 29(3): 127-141.
Santoso, B., 2016. Factors Controlling Petrographic Composition of Neogen Tenggarong Coals, Kutai Basin, East Kalimantan. Indonesian Mining Journal, 19(3): 1-30.
Santoso, B., 2017. Petrographic Characteristics of Selected Tertiary Coals from Western Indonesia According to Their Geological Aspect. Indonesian Mining Journal, 20(1): 119-131.
Santy, L.D., dan Heryanto, R. 2015. Endapan Kipas Bawah Laut Kapur Akhir di Kalimantan. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 16(4): 195-211.
Sihombing, T., Polhaupessy, A.A., Sudijono, Maryanto, S., Suyoko, Purnamaningsih, dan Kawoco, P., 2000. Pengkajian Geologi Paleogen Daerah Kalimantan Selatan : Dengan acuan khusus palinologi batubara. Laporan Kegiatan Teknis, Daftar Isian Kegiatan Suplemen (DIKS), Tahun Anggaran 2000.
Suminto, Sudijono, Hasibuan, F., Polhaupessy, A.A., Purnamaningsih, dan Limbong, A., 2002. Palinologi Batubara Formasi Tajung di Cekungan Barito, Kalimantan Selatan. Laporan Kegiatan Teknis, Daftar Isian Kegiatan Suplemen (DIKS), Tahun Anggaran 2002.
Susanto, E., Atmawinata, S., Djamal, B, 1999. Peta Geologi Lembar Batulicin, sekala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish articles in Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral (JGSM.Geologi) agree to the following terms:
- Authors retain copyright of the article and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a CC-BY-NC or The Creative Commons Attribution–ShareAlike License.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)