POLA KELURUSAN TOPOGRAFI DI WILAYAH MAJALENGKA, JAWA BARAT
DOI:
https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v15i2.64Abstract
Penelitian ini mencakup wilayah Kabupaten Majalengka, Sumedang, dan Kuningan, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui peran tektonik serta menguji pengaruh tektonik aktif terhadap kelurusan morfologi di wilayah tersebut. Hasil uji beda dengan T-test pada semua pola kelurusan topografi di batuan Tersier dan batuan Kuarter menunjukkan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan dengan thit= - 0,301, dan ttabel =1,971 (a=0.05). Tektonik aktif ditunjukkan oleh kesamaan pola kelurusan pada dua batuan yang berbeda umur, yaitu pada batuan berumur Kuarter dan Tersier. Kedua batuan sama-sama terkena proses deformasi, dan sama-sama mengalami pengangkatan. Jika pola kelurusan dibagi secara khusus menjadi empat pola, yaitu Pola Meratus, Pola Jawa, Pola Sumatera dan Pola Sunda, maka hasil uji beda kelurusan topografi pada batuan Tersier dan Kuarter (T-test, dengan a=5%) adalah sebagai berikut: Kelurusan topografi dari pola Meratus menunjukkan perbedaan nyata, dengan thit=-3,117, dan ttabel =2,011 (a =0,05). Kelurusan topografi berpola Jawa, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan thit=-0,980, dan ttabel =2,024 (a=0.05). Kelurusan topografi berpola Sumatera menunjukkan perbedaan nyata, dengan thit=2,567, dan ttabel =1,983 (a=0.05). Kelurusan topografi berpola Sunda tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, dengan thit=0,473, dan ttabel =1,998 (a=0.05). Tektonik yang menyebabkan perbedaan pada Pola Meratus dan Pola Sumatera adalah tektonik masakini (neotektonik) yang diperlihatkan melalui reaktivasi sesar-sesar yang ada, terutama melalui keberadaan sesar aktif misalnya Sesar Baribis.
Kata kunci: kelurusan topografi, neotektonik.
Downloads
References
Abidin, H.Z.A., Andreas, H, Kato, T., Ito, T., Meilano, I., Kimata, F., Natawidjaya, D.H., and Harjono, H., 2009, Crustal Deformation Studies in Java (Indonesia) using GPS. World Scientiï¬c Publishing Company. Journal of Earthquake and Tsunami, Vol. 3, No. 2: 77–88,
Djuhaeni, dan Martodjojo, S., 1989. Stratigrafi daerah Majalengka dan hubungan-nya dengan tatanama satuan litostratigrafi di Cekungan Bogor. Geologi Indonesia, 12: 227-252.
Djuri, 1995. Peta Geologi Lembar Arjawinangun, Jawa, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, cetakan kedua.
Haryanto, I., 1999. Tektonik Sesar Baribis, Daerah Majalengka, Jawa Barat. Thesis Magister, Program Studi Ilmu Kebumian, ITB, 76 hal, tidak diterbitkan.
Johnson, R.A., and Wichern, D.W., 1982. Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey, Prentice-Hall, 642p.
Natawidjaja, D.H., 2007. Tectonic setting Indonesia dan pemodelan sumber gempa dan tsunami. Diktat Pelatihan pemodelan run-up tsunami, Ristek, 17 h.
Pulunggono, A., dan Martodjojo, Soejono, 1994. Perubahan Tektonik Paleogen-Neogen, Merupakan Peristiwa Tektonik Penting di Jawa. Proceeding Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa, Nafiri, Yogyakarta: 37-50.
Soehaemi, A., 2008. Seismotektonik dan potensi kegempaan wilayah Jawa. Jurnal Geologi Indonesia vol. 3, no.4: 227-240.
Zakaria, Z., 2004. Kebencanaan Geologi dan Hubungannya dengan Aktivitas Tektonik di Jawa Barat Bagian Selatan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jurnal Alami, Jurnal air, lahan, lingkungan dan mitigasi bencana,. vol. 9, no. 2: 60-67.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish articles in Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral (JGSM.Geologi) agree to the following terms:
- Authors retain copyright of the article and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a CC-BY-NC or The Creative Commons Attribution–ShareAlike License.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)